Friday, November 11, 2011

Ruang Hidup

Gelap, lembab dan pekat, bagaikan malam hari tanpa bintang dan bulan sebagai penghiasnya. Itulah yang aku rasakan selama kurang lebih seminggu sampai sekarang. Aku bagaikan anak kecil yang tidak tahu arah dan tujuan. Aku tidak tahu di mana aku berada saat ini, aku juga tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
Aku coba untuk menyusuri lorong ini, ku langkahkan kakiku satu demi satu langkah dengan gerak yang sangat lambat. Lama aku menyusuri lorong ini, suara aneh memantul dari dinding-dinding lorong, angin dingin berhembus bagaikan jarum-jarum  tajam yang menusuk tubuhku.
Hingga akhirnya, aku melihat seberkas cahaya kecil  yang sangat terang sekali berada jauh di depan ku. Betapa terkejut nya diriku pada saat itu, “Apa itu? Terang sekali!” Aku pun mencoba berjalan untuk mencapai cahaya itu. Terang, sangat terang, semakin dekat aku berjalan menuju cahaya itu.
Aku melihat ranting- ranting pepohonan yang menjulang seakan-akan menari dengan gemulai diterpa derai angin yang berhembus dengan lembutnya. Genangan air yang terpantul cahaya matahari yang saat itu tampak malu-malu untuk menampakkan wajahnya. Burung-burung berkicauan dan gemercik air yang turun dari puncak air terjun bagaikan nyanyian melodi alam yang sangat merdu yang seakan-akan ingin menyambut kedatanganku di tempat itu. 
Lalu, aku hanya bisa berjalan lurus menyusuri sebuah padang rumput yang dipenuhi dengan  rumput hijau yang melambai-lambai seakan-akan mengajak ku menari, dan terpaan angin menyentuh kulitku dengan lembut. Tidak lama setelah aku melewati padang rumput, aku menemukan sebuah pemukiman penduduk, rumah-rumah tersusun rapih dengan bunga berwarna-warni, namun orang-orang disana tidak ada yang saling menyapa satu sama lain.

"Permisi.. Maaf, saya ingin bertanya, tempat apakah ini?" tanyaku pada salah satu penduduk. Namun pertanyaanku diabaikan, dan orang tersebut itu seakan tidak menganggap kehadiranku.
"Hey, pak, bu permisi saya ingin bertanya!" seru ku pada siapapun yang berlalu lalang didepanku.
Mengapa tempat ini begitu indah namun penduduknya tidak ada yang saling bercakap-cakap. Apa mereka tidak saling membutuhkan dan berkomunikasi?

Dan aku pun terhanyut dengan suasana tenang disana, ku nikmati tenangnya aliran air sungai, dan pemandangan indah taman luas dihadapanku. Rasanya semua bebanku selama ini, atas semua hal-hal yang akhir-akhir ini terjadi dalam hidupku sirna sudah. Aku pun tertidur...

"Hey bangun! Kamu siapa?" tiba-tiba seorang nenek-nenek tua membangunkan ku dengan tongkat besarnya.
"Aahhh jangan ganggu saya, jangan bangunkan saya, saya butuh istirahat!" kata ku seraya membalikan badan posisi tidur.
"Bangun, kamu harus bangun!"
Karena tidak kuat dengan hentakan terus menerus dari nenek tua itu, aku pun terbangun..
"Iya saya bangun, kenapa kau membangunkan aku  nek? Aku sedang menikmati tempat indah ini."
"Kamu tidak tau bagaimana sesungguhnya tempat ini anak muda."
"Memang ini tempat apa? Dari tadi saya bertanya kepada penduduk tidak ada satu pun yang menjawab. Tapi menurutku tempat ini sangat indah, nyaman untuk meyegarkan pikiranku."
"Apakah dari tadi kamu melihat diantara kami saling berbincang? Dan apakah kamu melihat diantara kami ada yang seumuran dengan kamu?"
Aku pun terdiam mengingat pemandangan yang kulihat pertama kali disini. "Tidak. Memang kenapa?"

Lalu nenek tua itu berjalan, namun raut wajahnya seolah mengajakku untuk ikut serta dengannya. Ku ikuti kemana nenek tua itu pergi, dan dia pun membawaku kesebuah tempat yang sangat bertolak belakang dengan keindahan seperti yang kulihat sebelumnya..

to be continued ..

No comments:

Post a Comment