Showing posts with label fiksi sederhana. Show all posts
Showing posts with label fiksi sederhana. Show all posts

Tuesday, January 22, 2013

Untuk kamu Pria Djawa (J-awa)

Hey kamu, kamu yang berbalut jaket merah dengan warna motor yang sama. Aku langsung menebak pasti kamu penyuka warna tersebut. Aku menyapamu diam-diam dalam senyumku loh. Sadarkah kamu waktu itu? #mhihihihi


Itu kamu? Kamu yang dulu hanya sekedar nama yang ku kenal? Dengan kumis tipis, alis cukup tebal, kulit sawo matang ditambah balutan rambutmu yang cepak serta gigi tersusun rapih membuat pesonamu saat ini, heeemm.. asik dilihat! Beneran deh. Semoga kamu tidak sadar bahwa aku mencuri pandang sedari tadi.

Kebersamaan kita hari itu entah kenapa membuat jantungku berdegub lebih cepat dari biasanya dan wajahku malu-malu. Seandainya kamu sadar bahwa hari itu aku cukup hebat menutupi ekspresiku dengan canda tawa serta foto-foto bersamamu dan teman-teman lainnya. Karena kalau tidak begitu, waaahh aku bisa diam saja dan mati gaya. Hahaha

Aku tidak tahu kenapa, tapi aku juga tidak bisa mengelaknya. Wajah yang baru pertama kali (lagi) aku lihat dan tidak bisa aku lupakan untuk pertama kalinya bertemu seseorang. Aku sadar bahwa itu hanyalah pemandangan dan rasa sesaat bahwa hanya aku yang merasakannya.

Namun setelah pertemuan itu usai, kamu datang..

From: xxxxxx xxxx
xxxxxx xxxx would like to add you to his or her Blackberry Messenger Contact.

Accept!

“Hey, sudah sampai rumah belum?”
Itu sapaan pertama darimu.
Wajahku memerah dari biasanya, aku tersenyum kegirangan. Ku peluk guling dengan erat.

Seminggu kemudian kita berlanjut ke pertemuan kedua. Kita bertemu lebih lama dari kemarin. Sekarang aku sudah tidak lagi melihat penampilan luarmu. Perbincangan hingga saat ini membuatku untuk melihat lebih dalam dan menyelami dalamnya hatimu. Berbincangan kita selalu berlanjut setiap hari. Sekedar menanyakan kabar atau cerita sehari-hari. Dan ucapan selamat pagi serta selamat tidur  pun tidak lupa masing-masing kita ucapkan.

Aku tidak tahu rasa ini sebagai apa, yang jelas aku nyaman. Cukup aku saja yang lebih dulu merasakan dan menyimpan semua ekspresi ini. Aku tidak perlu balasan rasamu seperti apa. Biar waktu yang akan mengartikannya. Karena aku tidak mau berharap kepada yang belum tentu milikku.

Ps:
kita memang baru dekat satu bulanan ini meski kita sudah kenal sejak lama. Semoga seterusnya bisa senyaman ini. Entah apa jadinya kita nanti, terima kasih aku ucapkan hingga saat ini :)


sumber emoticon:
http://kancut-beringas.blogspot.com

Tuesday, January 15, 2013

Untuk Kamu

huruf demi huruf berjajar meluruskan barisannya
titik dan koma berada melengkapi diantara sela-selanya
sesekali ada tanda seru menegaskan sesuatu
terkadang tanda tanya muncul menanyakan ini itu
simbol-simbol berupa ungkapan pun menyertainya
dan spasi      selalu ada memberi jeda dan beda
tanpa suara mereka ada
terdengar di tiap sudut hati
terekam disudut pikir
meski terkadang menerka-nerka

tanpa senjata
mereka menyakiti
menyayat hati hingga sulit terobati

--------------- lalu diam ------------


dia siapa kamu?
dan aku bertanya-tanya.

Saturday, May 26, 2012

Ruang Hidup I

"Kau liat tempat ini? Apa masih bisa kau sebut tempat ini indah setelah melihat sisi lainnya?" Seru nenek tua itu kepadaku.
Pemandangan amat sangat berbanding terbalik dengan apa yang aku lihat sebelumnya. Tercengang, tidak percaya.
"Ini.. Kenapa bau busuk sekali? Kenapa mayat-mayat berserakan dimana-mana Nek? Kenapa tidak ada yang mengurusnya?" kata ku gelagapan sambil menutup hidung karena aroma mayat yang amat menyengat.
Seolah tidak percaya, mataku aku kedip-kedipkan seraya melihat disekitar ku tempat apa ini sebenarnya. Udara pekat, lokasi dipinggir bebatuan besar yang menjorok kearah yang bisa disebut goa, sinar cahaya menipis, serta tidak ada satupun tanaman dimana hingap burung-burung yang berkicau. Tragis, sangat tragis.
"Semua orang yang lalu lalang yang kau liat tadi, setelah mereka merasa hidupnya tidak lama lagi, pasti mereka ketempat ini dan menunggu ajal menjemputnya."
"Bawa aku pergi dari sini Nek! Aku tidak sanggup disini, aku tidak tahan."
Setelah melihat gelagatku yang ketakukan dengan tempat ini. Lalu nenek tua itu membawa aku kembali ketempat dimana aku tertidur tadi.
"Tolong jelaskan padaku tempat apa ini sebenarnya? Kenapa semua ini aneh? Tempat ini indah, disini. Aku menemukan ketenangan, pemandangan yang indah, kesejukan, meskipun orang-orang disekitar sana tidak saling mempedulikan satu sama lain. Tapi kenapa kau tadi membawaku ketempat yang amat sangat berbeda? Banyak mayat beserakan dari yang mulai mayat utuh, mayat setengah hancur, sampai mayat yang sudah bau busuk dan tinggal tulang belulang? Tolong jelaskan Nek!" tanyaku emosi.

Nenek tua itu tersenyum..
"Kalau aku bertanya, jika kau disuruh memilih, kau lebih memilih tempat yang sangat indah, namun hanya kau sendiri yang menikmatinya, meskipun ada orang lain disekitarmu namun kalian tidak saling berkomunikasi hingga sampai ajalmu tiba kau tetap sendiri, atau kau lebih memilih tempat yang sebenarnya indah, namun semua tertutup oleh prasangka dan persepsimu sendiri tentang tempat itu, sedangkan disana selalu ada orang yang besedia bersamamu dalam kondisi apapun. Bagaimana?" tanya nenek tua itu balik.
"Aku... Aku akan memilih tempat indah yang dimana disekelilingnya saling berkomunikasi denganku, berbagi dan menghabiskan waktu denganku."
"Jika kau menginginkannya seperti itu, itu bukan disini. Disini hanya dunia semu, semua yang kau lihat hanya klise belaka. Kembalilah ketempat asalmu."
"Tapi, aku sedang membenci duniaku disana. Aku lelah dengan keadaan disana. Semua seakan lagi menghianati dan menjauhiku. Aku hanya ingin beristirahat sejenak. Menjauhkan diriku dari semua yang membebani pikiranku"
"Hidup itu suka duka, bukan suka suka. Wajar saja terkadang kau selalu mengalami hal yang kau anggap pahit, agar kau mengerti bagaimana  meraih rasa manis itu dalam hidupmu. Apakah kau bisa melewatinya? Atau kau menyerah dengan keadaan? Semua yang kau lalui nantinya akan dijadikan tolak ukur seberapa tangguh dirimu Nak."
"Iya aku tahu, tapi mana orang-orang yang selalu bilang mereka selalu ada untukku? Kemana mereka saat aku butuhkan? Ini sama saja aku hidup sendiri!"
"Mereka itu hidup tidak sendiri, mereka punya keluarga, mereka punya teman yang lain, mereka punya masalah lain. Saat mereka sibuk sendiri, bukan berarti mereka melupan kamu. Bukankah jika kamu sedang berada diposisi mereka, kamu juga akan melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan, bukan?"
Aku terdiam dan berfikir.
"Apa yang kau pikirikan adalah apa yang akan terjadi padamu. Lepaskan beban dihatimu Nak. Hidup itu tidak jauh dari berpindah-pindah serta datang dan pergi. Yang terpenting adalah lakukan yang terbaik apa yang ada pada dirimu. Semua pasti ada balasannya."

Cahaya yang kulihat menjauh semakin lama semakin memudar dan hilang. Kemudian aku tersentak, bangun.
Mimpi terpanjang yang pernah aku lalui, tapi begitu nyata. Tuhan, mungkin inikah pertanda dariMu? Terima kasih sudah menyadarkan ku. Maafkan atas segala keluh kesahku..

Tuesday, May 8, 2012

toleransi komunikasi

Minimnya komunikasi adalah hal yang paling bisa membuat pasangan salah paham. "Aku percaya kamu." Kalimat itu terkadang tidak berarti apa-apa saat minim nya komunikasi berjalan. Jika dua orang sudah membuat komitmen untuk bersama, ada hal-hal yang menjadi topik "kita". Bukan selalu sekedar, ini tentang saya dan ini tentang anda. Tapi ini tentang kita.
Tentang fungsiku  terhadapmu. Fungsi sebagai seorang kekasih. "Aku ingin menjadi orang pertama yang tahu keadaanmu. Setiap kegiatanmu, setiap perkembanganmu, tentang duniamu PERHARINYA."
Mungkin sebagian orang menganggap ini berlebihan. Tapi buatku tidak. Aku juga tidak mengharapkan komunikasi berlebihan yang setiap detik. Kita belum dipisahkan benua dan waktu kan? Kita masih ada pada terbit dan terbenamnya matahari pada saat yang sama kan? Aku sibuk, mungkin kamu lebih sibuk.
Aku hanya tidak suka kalau orang lain yang lokasinya sama denganku saat jauh darimu, tetapi orang itu tahu lebih dulu  tentang keadaanmu. Bukan karena pengertianku habis tentang hal ini, tapi aku rasa banyak wanita yang merasakan sepertiku.
Bahkan aku pernah melihat beberapa pasangan, salah satu wanita/pria nya tidak lama memutuskan hubungan hanya karena "kita tuh bukan kaya pacaran. waktu komunikasi kita sedikit. lebih baik kita teman biasa aja, karena gak ada bedanya." Kalau udah kaya gini siapa yang disalahkan? Kurang pengertiankah? Egoiskah? atau tidak ada toleransi satu sama lain? check your self.
Aku sudah mengenalmu bertahun-tahun, semarah apapun aku akan sifatmu dan sebagaimanapun aku menjauh darimu, aku kembali lagi padamu bukan? Dan kamu pun begitu sebaliknya. Coba tanya kenapa?
Ada ketulusan dan kerelaan seiring dengan berjalannya waktu masing-masing dari kita untuk menerima satu sama lain. Kita sama-sama saling membutuhkan. Tapi ada kalanya kalau aku mengeluh akan sifatmu, aku harap kamu mengerti. Dan aku pasti akan mengerti jika ada hal lain yang kamu keluhkan kepadaku. Bukan aku tidak menerima semua sifatmu, tapi hidup itu juga diatas penilaian orang lain bukan? Diatas penilaian ku yang kamu anggap penting dalam hidupmu. Ini bukan semata tentang aku, tapi tentang kita dan saling toleransi. Agar kita tetap bertahan ditahun-tahun berikutnya dan tumbuh bersama :)

Tuesday, May 1, 2012

Mungkin

Aku mungkin hanya ada di awal buku ceritamu. Cerita saat kau mulai tumbuh dan mencoba. Mungkin aku yang menyentuh hatimu yang pertama. Menjadi yang pertama membuatmu tertawa dan pertama membuatmu terluka, mungkin.

Lalu ditengah perjalanan pencarian jati diri, kita terpisah sekian lama. Seperti sama sekali tidak saling mengenal.
Sekarang kita dipertemukan lagi dalam perjalanan ini. Kamu memberikan gambaran tentang keinginan akhir bahagia buku ceritamu bersamaku.
Namun ada keraguan yang tersisa. Masihkah aku jadi yang pertama? Masihkah aku yang membekas dihati?Maaf atas piciknya pemikiran sifat dasarku ini yang ingin tahu kisah hidupmu selama tidak denganku dulu.
Harusnya aku tahu, aku yang mencari pedang atas sedih diriku sendiri. Tapi itu semua karena aku ingin tahu semua tentangmu.
Itu tentang keraguanku padamu.
Bagiku,
Kamu yang menyentuh hatiku pertama kali. Kamu yang belum benar-benar aku lupakan.
Aku mungkin aktris hebat dalam panggung sandiwara hidupku yang menyembunyikan bahwa aku sebenarnya bahagia bisa sedekat ini lagi denganmu. Tapi ada hal-hal yang membuatku harus membentengi hatiku untuk tidak mudah memberikan sebuah kepercayaan kepada orang lain.
Mungkin ada hal yang harus aku ingat "Ada waktu yang terbuang, bahkan terlupa." Dan mungkin aku lupa, bahwa saat-saat dimana pencarian jati dirimu, aku tidak menemani setiap langkahmu. Aku tidak mengenalmu. Mungkin.

Bolehkah aku bersedih atas keraguanku?? Untuk kali ini. Aku ingin berpikir sejenak.

Tuesday, March 27, 2012

Hujan dan Pesan Pendek

Tawa riang anak remaja membahana menembus lorong itu. Senyum sapa tak sengaja menjadi pintu masuk sebuah perkenalan. Aku, kamu, dan tatapan itu. "Hai" , aku membalasnya dengan senyum malu-malu seraya melanjutkan candaanku bersama teman lainnya.

Tak lama aku terima pesan pendek disebuah kertas dimeja sekolah, "Semoga perkenalan tadi berlanjut :)" tawa kecil pun keluar dari bibirku.

Ingatkah kamu?
Saat itu pada masa nya seiring dengan waktu, raut wajah tingkah polos mengartikan bahwa kita belajar tentang sebuah rasa untuk pertama kali. Dan sikap manismu membuat aku tersentuh.
Malu - malu untuk memulai namun senyum diwajah tidak dapat di bohongi apa yang tersirat dihati.
Ya, kita memulai sebuah rasa itu untuk dinikmati bersama.
"Aku ingin mengenalmu lebih dari orang lain mengenalmu. Aku ingin bersamamu, bukan dengan orang lain."
"Iya." Aku tersenyum dan jiwaku melayang terbang kelangit ketujuh.
Sejak itu kamu dan aku menjadi "kita" . Dan hujan di hari jumat itu menjadi saksi.
Terpancar kebahagiaan diwajahmu saat kau genggam tanganku.

Selanjutnya mulai ada berbagai cerita yang selalu kita perbincangkan. Tentang sekolah, tentang mimpi, tentang kita. Mungkin ini jalannya agar kita dapat saling mengerti, memahami, dan mengenal satu sama lain.
Aku pun tidak pernah mencoba menjadi orang lain, karena kau tidak pernah memintaku menjadi siapapun.

Pesan pendek  yang sering kau kirimkan untukku, mungkin bagi orang kain itu hanya selembar kecil kertas yang tidak begitu berarti apa-apa. Tapi bagiku itu berarti, karena aku melihat usahamu disetiap lekukan tulisan dan robekan rapih dari kertas itu.
"Aku tunggu kamu di parkiran." "Pulang sekolah aku latihan basket dulu." "Nanti malam aku telepon yah." dan lain-lain..
Dan aku membalasnya dengan pesan pendek yang sama. "Yang konsen ya belajarnya, jangan bercanda terus." atau "Aku pulang duluan, kamu lama basketnya." Tidak jarang aku mengomel karena cukup lama menunggumu latihan basket sampai akhirnya aku pulang sendiri.

Bersatu dalam asa, menggapai mimpi, mengayuh di roda kehidupan yang kita jalani bersama.
Adakah hal yang lebih membahagiakan saat kau dibuat merasa istimewa kehadirannya?
Dan kau membuat aku merasakan itu..

22 bulan kita menjalani masa itu, dan tidak sedikit kerikil yang menghalangi. Salah paham, beda pendapat, emosi yang tidak stabil, bahkan yang ada terkadang hanya keegoisan. Satu ucapan yang aku ingat,"Apapun aku terima jalannya untuk aku lebih kenali dirimu dan diriku sendiri."

Namun tiba-tiba di bulan ke 23, kau mulai berubah. Kau sedikit acuh padaku.
Entah apa yang terjadi padamu saat itu, namun semakin lama aku merasa semakin tidak mengenalmu. Jangankan untuk berbicara, bertemu pun kita sudah jarang.

Ingin aku memaksakan hatiku untuk bertanya apa yang terjadi padamu? Tapi dengan tidak adanya pengalaman aku bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk itu, aku diam.

Dan tepat di hari perpisahan sekolah, bukan hanya ucapan selamat menempuh pendidikan yang lebih tinggi, tapi kau juga mengucapkan perpisahan lain padaku. Dengan wajah masam dan senyum tipis, kau menatap mataku dan berkata, "Mulai sekarang kita jalani hidup kita masing-masing." Lalu kau menjabat tanganku. Dan memberikan aku selembar kertas.

Kegeraman, tanda tanya menyelimuti otakku. "Bukankah seharusnya kita bergembira karena telah lulus sekolah? Mengapa harus aku dengar kalimat itu dari mulutmu tepat di moment ini? Tidakkah kau memikirkan perasaanku? Tidakkah kau sedikit saja mengulur waktu dan menjelaskan perlahan apa yang terjadi padamu akhir-akhir ini? Dan bukankah sebentar lagi kita merayakan 24 bulan kita?"

"Sudah jangan nangis. Kamu harus bisa hadapi hidupmu sendiri." Kemudian kamu pergi tanpa menoleh sedikitpun dan membiarkan aku menangis.

Perlahan ku buka kertas itu,
Maafkan aku
Aku tak bermaksud begitu
Sebetulnya aku tak ingin pisah darimu
Jika saatnya tiba, kan ku katakan semua
Bagai tersambar petir, dada ini terasa sesak. Untuk pertama kalinya kamu membiarkan aku menangis bahkan karena ulahmu sendiri. Apakah ini termasuk cara aku untuk memahami tingkah anehmu? Tidak. Ini bukan hanya sekedar tingkah aneh, ini sudah pilihanmu. Dan ini sangat menyakitiku.

Beriringan dengan hujan, serasa aku tidak dapat berjalan. Bahkan mungkin jika orang lain memberi aku tongkat atau kursi roda, aku lebih memilih mati rasa.

Hujan, saksi dimana saat aku pertama bahagia olehmu dan saat pertama aku sangat terluka olehmu juga.

Hari demi hari coba aku lakukan untuk tidak mengingatmu. Pesan singkat yang sudah aku buat dan tinggal aku kirim, hanya tersimpan di draft. Mencoba untuk melawan rasa keingintahuan aku tentang kabarmu menajdi musuh yang harus aku lawan. Ingatanku kembali saat dimana kau peri dan sejak itu aku berjanji untuk membencimu. Karena mengingat semua tentangmu seperti ini sangat menyayat kalbu. Sayapku patah, sandaranku hilang, dan aku terjerembab dalam keadaan yang memuakkan ini. 

Cukup empat kali musim berganti, ratapan ku akan dirimu. Kehidupan ku berjalan dinamis namun terkadang cukup statis. Aku mulai mencintai kesendirian ku ini. Berbaur sepi kadang gelisah. Teman-teman ku yang lain memang banyak.  Tapi tidak dipungkiri, aku sudah terbiasa dengan makna sepi ini. Ku tutup halaman cerita hidup ku bersamamu, kusimpan paling dalam di palung hatiku dan ku ganti dengan halaman baru. Ku coba kepakkan kembali sayap ku yang sempat patah. Ku biarkan mengudara, kembali terbang tanpa ada kerisauan.  Kini aku dengan jiwa baru. Aku yakin aku bisa terbang lebih tinggi dari kemarin.

Aku diam.
Aku berpikir.
Aku bertindak.
Dan aku meraih.
Sendiri.

Ya, ternyata aku bisa sendiri. Meraih sedikit demi sedikit apa yang aku inginkan untuk masa depanku.
Bersamaan dengan itu, aku mengenal laki-laki lain. Lelaki yang mengisi hari-hari ku kembali.
Ku akui dia membuatku merasakan sesuatu, rasa yang telah lama tak ku rasakan. Dia mengembalikan tawa ku yang telah lama aku tepikan dibalik jiwaku yang menjadi keras ini.
Namun kisah kami tidak lama, ada beberapa hal yang kami rasa kami lebih pantas menjadi teman baik. Sampai akhirnya kami harus menghentikan kisah ini. Dan aku lebih siap sekarang.
Untuk kali ini aku tidak sesedih kisah sebelumnya. Bukan berarti aku tidak sedih. Tapi saat ini aku sudah tahu aku harus bagaimana menghadapi situasi gamang seperti ini. Tidak akan aku menyianyiakan waktuku untuk meratapi hidup.

Dddrrrtttt…
Nada pesan masuk dari telepon genggamku berbunyi.

“Dear all Akt’05 SMA Budi Pertiwi. Kami mengundang anda dalam acara Temu Kangen dan Halal Bihalal. Pada hari Minggu 4 Februari 2012. Bertempat di Aula Sekolah. Terima kasih”

Dalam hati kembali mengingat kepada sosok yang lama telah aku singkirkan, apakah kamu akan hadir? Apa yang harus aku lakukan jika aku bertemu denganmu? Tetapi dari kabar terakhir yang aku dengar, teman-teman lain sulit untuk melacak keberadaanmu semenjak lulus sekolah. Dan sedikit kemungkinan berita ini sampai padamu.

Namun dugaanku salah, berpapasan saat aku menandatangani buku tamu, kau hadir disebelahku. Ya aku yakin itu kamu, meski wajahmu sedikit berubah, ada rambut-rambut halus dibawah dagu dan sekitarnya.
Perasaan gugup tiba-tiba menghantuiku, ku tolehkan wajahku dan kubawa diriku mendekat teman-teman lain. Tidak aku pikirkan gimana perasaanmu saat aku tidak menegurmu.
Aku nikmati setiap susunan acara yang berlangsung, tidak aku hiraukan perasaan aneh sejak pertama kali melihatmu lagi. Mungkin teman-teman lain berpikir mengapa aku tidak mengobrol denganmu atau hanya sekedar bertegur sapa.

Lalu kemudian kamu naik keatas panggung dan menyumbangkan sebuah lagu akustik milik Kerispatih.
"..Engkau masih yang terindah... Indah didalam hatiku.. Mengapa kisah kita berakhir yang seperti ini.."
Perasaan aneh kembali menghantuiku, harusnya itu semua tidak berefek apa-apa untukku. Itu lagu umum yang semua orang aku rasa mengetahuinya, apa mungkin karena kamu yang menyanyikannya sehingga membuat jantungku berdebar.
Kutinggalkan kau yang masih bernyanyi dipanggung, dan aku berniat pulang.

"Hey"
Aku masih ingat suara itu. Entah apa yang menahanku, ku biarkan diriku mematung tanpa menoleh kearah suara itu. Semilir angin menembus masuk dan membuat malam ini lebih beku dari biasanya.
Kemudian kau tepat berada didepanku.

“Akhirnya aku dapat melihatmu.”

Begitu kau berucap. Hatiku bersorak, entah sorakan tanda gembira atau desahan. Tapi aku hanya diam tanpa mengucap apapun. Semuanya tersendat. Tapi aku dapat merasakan kau amat lekat menatapku. Lama kita dalam bisu. Hanya suara lalu lalang jalan yang meramaikan malam pertemuan ini. Aku tidak tau apa yang kau pikirkan. Bahkan aku pun tidak tau apa yang sekarang aku pikirkan. Dan sekali lagi, aku hanya diam.

Senyap. Kau masih menatapku. Seandainya lampu-lampu jalan bisa berkata, mungkin mereka akan berkomentar tentang aku yang masih diam.

"Kamu selalu ada di pikiranku . Berputar-putar dan tak pernah berhenti."

Kerongkonganku terasa kering. Seulas senyum klise sebagai tanda aku menaggapi bicaramu.

to bo continued..

Thursday, March 22, 2012

Aku Cuma Mau Kamu Mengerti Ini! TITIK

Saat kau tulis tiada batas untukku
Sejenak sesaat aku tak mengerti
Saat kau katakan aku kan sadari semua ini
Dalam kata-kata terlambat mengerti

Jika saatnya tiba
Kan ku katakan semua
Bersabarlah menungguku
Karena waktunya makin dekat

Tapi waktunya tidak sekarang
Izinkanlah aku tuk kenali diriku dan pahami aku lebih jauh
Agar suatu saat aku tak mengecewakanmu

Yang susah adalah menjadi seseorang yang tak tergantikan
Itu yang lebih bertahan lama
Dan itu yang butuh perjuangan

Namun
Seperti bibit
Perlu air, perlu pupuk, dan matahari
Seperti cinta,
Perlu percaya, perlu ketulusan dan cemburu serta egoisme
Jika hatimu sakit menungguku, kau boleh tinggalkan aku.
Dan kelak kenangan tentang aku dan kamu, adalah taman yang akan selalu kita singgahi ..

Saturday, November 19, 2011

"Rakha" is comeback! What???

Dan pagi ini aku pun terbangun karena telepon genggam yang terus berbunyi..

tling! bunyi tanda pesan masuk,

Morning my princess, i miss you much..
Pesan pertama ini masih tidak aku gubris. Memang cukup membuat kaget, karena seseorang yang mengirim pesan itu adalah seseorang dari masa lalu yang telah bertahun-tahun tidak saling beretemu.

Hey wake up! Masih suka bangun siang ya? Bisakah kita berbicara lebih lanjut?
Oke pesan kedua ini cukup membuatku penasaran. Dan aku pun membalas pesannya.
Iya helooo, udah bangun ko. Ada apa Kha? ngomong aja..
I miss you different way, pengalaman menakjubkan yaitu merindukan kamu setiap sepersepuluh detik. Gemetar setiap liat semua foto-foto kamu di akun social network mu, dan aku harus menahan diri untuk tidak sering-sering menghubungi kamu sejak bertahun-tahun lalu.
What??? are you kidding me? kenapa tiba-tiba bicara kaya begini?
Yap, sejak pertemuan kemarin reunian sekolah, itu pertama kalinya kali kita bertemu setelah sekian lama. Entah kenapa yang tadinya semua hal tentang kamu sudah aku kubur dalam-dalam, kemudian kembali lagi, sangat lekat di ingatan. Dan aku rasa sudah saatnya aku bilang semua yang ku rasa.
Apaan sih, ngaco yah? Kamu menghilang berapa tahun yang lalu Rakha, dan aku rasa juga udah cukup buat kita lupain semua tentang kita dulu. Now, you just my friend, no more..
Aku gak pernah bisa lupain kamu, perasaan ini masih sama seperti 7 tahun yang lalu. Aku tahu dulu aku banyak salah, dan aku banyak belajar tentang itu. 

hoossshhh pesan terakhir nya  kali ini bener-bener membuatku kaget! hellooooo kemana aja dia dulu? baru sadar sekarang??
HAH?? Haduuhh :| :| :|
Sengaja aku hanya balesnya seperti itu, karena aku pun tidak tahu harus berbicara apa lagi, dalam pikiranku yang penting ini pesan tidak berlangsung lama.
Aku cuma butuh aku yang berarti apapun buat aku, Putri..
Oke, makin straight face, makin kaget, makin shock deh aku pagi ini. Tidak aku bales. Tidak tahu kenapa untuk orang-orang yang pernah menyakitiku amat dalam, aku bisa berubah sikap. Bukan maksud pendendam dan gak ikhlas sama apa yang udah terjadi, tapi lebih kepada, "oke kamu udah aku maafin, tapi please aku butuh waktu untuk stay away dari kamu, dan saat kita ketemu lagi please jangan bahas tentang kita dimasa lalu, anggep aja kita sekarang baru kenal , kita gak pernah ada something special apa-apa, dan aku juga gak akan nganggep kamu musuh." aku tidak tahu kenapa pola pikir ku seperti itu, tapi  menurutku itu yang berbaik buat diriku sendiri. I just protect my self.
Kalo aku usaha lagi sekarang masih bisa gak?
Usaha apa? Aku lagi menikmati masa-masa sendiriku tanpa harus punya hubungan spesial sama siapapun. Aku belum siap untuk sakit hati lagi karena percintaan, aku belom siap ngadepin keegoisan pasanganku. There's no someone or something special anymore. Kamu tidak tahu apa yang terjadi sama aku. Kamu tidak tahu duniaku sekarang..
I'm stalker to you, i watched you from the distance. I'll be waiting by that time for comming. And i will always waiting as usual..
Itu yang tidak aku suka dari kamu, dari dulu keras kepalanya gak berubah. Jangan berharap banyak karena aku tidak bisa janjiin kamu apa-apa. Dan jangan minta tanggung jawab aku kalau kamu sakit hati karena aku!
Dan itu yang membuat aku semakin tidak bisa lupa sama kamu, aku kangen jutek kamu, aku kangen cemberut kamu, aku kangen kita berantem, tapi disisi lain aku juga kangen perhatian kamu, kelembutan kamu. Semakin kesini aku lihat kamu semakin dewasa. Maaf yah kalau aku agak keras kepala, aku siap nerima apapun hasilnya.
Zzzzzz tarik napas dalam-dalam, anggep ini emang proses kehidupan yang harus aku jalani, dan ini tidak akan merubah prinsip dan keputusan yang udah aku ambil!!

Ketika Mas Gagah Pergi

Ingat masa-masa Rohis-Liqo-Mentoring yang dulu waktu sekolah SMP-SMA tahun 2004-2008 saya jalani, hal yang paling tidak saya lupa adalah pertama kalinya saya membaca novel islami, tadinya novel-novel yang saya baca adalah novel-novel teenlith gramedia. Waktu itu saat mentoring dirumahnya Ka Mila (kaka mentor saya itu), dia memberikan saya novel islami . "Kamu baca ini yah feb, bagus deh semoga bisa bermanfaat."

Novel itu berjudul "Ketika Mas Gagah Pergi" .


Novel ini bertema tentang sosok ikhwan, yang dalam KMGP digambarkan dalam sosok bernama Gagah, merupakan tema yang sangat meruak di era 90-an. Saat itu memang masa kebangkitan dan pencerahan semangat mempelajari agama islam di tengah  generasi muda, khususnya di kalangan mahasiswa. Sosok Mas Gagah memperlihatkan perubahan positif di dunia remaja, dengan semangat yang sedang menggebu-gebu, isi dari novel ini natural dan sangat dekat dengan kehidupan kita sebenarnya.
Setelah membaca novel ini, tidak bisa dibohongi saya pun mengagumi sosok Mas Gagah yang saya harap mungkin saya bisa menemui serupanya dalam dunia nyata, haha amin :D





Novel tersebut karya seorang sastrawati, motivator menulis, editor dan dosen, penulis hebat itu ernama Helvy Tiana Rosa. Beliau merupakan pendiri dan Ketua Umum Forum Lingkar Pena/ FLP (1997-2005), sebuah forum penulis muda beranggotakan lebih 7000 orang yang tersebar di 125 kota di Indonesia dan mancanegara.


Untuk teman-teman yang belum pernah membaca novel tersebut, silahkan klik link disini , selamat membaca :)

Friday, November 11, 2011

Ruang Hidup

Gelap, lembab dan pekat, bagaikan malam hari tanpa bintang dan bulan sebagai penghiasnya. Itulah yang aku rasakan selama kurang lebih seminggu sampai sekarang. Aku bagaikan anak kecil yang tidak tahu arah dan tujuan. Aku tidak tahu di mana aku berada saat ini, aku juga tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
Aku coba untuk menyusuri lorong ini, ku langkahkan kakiku satu demi satu langkah dengan gerak yang sangat lambat. Lama aku menyusuri lorong ini, suara aneh memantul dari dinding-dinding lorong, angin dingin berhembus bagaikan jarum-jarum  tajam yang menusuk tubuhku.
Hingga akhirnya, aku melihat seberkas cahaya kecil  yang sangat terang sekali berada jauh di depan ku. Betapa terkejut nya diriku pada saat itu, “Apa itu? Terang sekali!” Aku pun mencoba berjalan untuk mencapai cahaya itu. Terang, sangat terang, semakin dekat aku berjalan menuju cahaya itu.
Aku melihat ranting- ranting pepohonan yang menjulang seakan-akan menari dengan gemulai diterpa derai angin yang berhembus dengan lembutnya. Genangan air yang terpantul cahaya matahari yang saat itu tampak malu-malu untuk menampakkan wajahnya. Burung-burung berkicauan dan gemercik air yang turun dari puncak air terjun bagaikan nyanyian melodi alam yang sangat merdu yang seakan-akan ingin menyambut kedatanganku di tempat itu. 
Lalu, aku hanya bisa berjalan lurus menyusuri sebuah padang rumput yang dipenuhi dengan  rumput hijau yang melambai-lambai seakan-akan mengajak ku menari, dan terpaan angin menyentuh kulitku dengan lembut. Tidak lama setelah aku melewati padang rumput, aku menemukan sebuah pemukiman penduduk, rumah-rumah tersusun rapih dengan bunga berwarna-warni, namun orang-orang disana tidak ada yang saling menyapa satu sama lain.

"Permisi.. Maaf, saya ingin bertanya, tempat apakah ini?" tanyaku pada salah satu penduduk. Namun pertanyaanku diabaikan, dan orang tersebut itu seakan tidak menganggap kehadiranku.
"Hey, pak, bu permisi saya ingin bertanya!" seru ku pada siapapun yang berlalu lalang didepanku.
Mengapa tempat ini begitu indah namun penduduknya tidak ada yang saling bercakap-cakap. Apa mereka tidak saling membutuhkan dan berkomunikasi?

Dan aku pun terhanyut dengan suasana tenang disana, ku nikmati tenangnya aliran air sungai, dan pemandangan indah taman luas dihadapanku. Rasanya semua bebanku selama ini, atas semua hal-hal yang akhir-akhir ini terjadi dalam hidupku sirna sudah. Aku pun tertidur...

"Hey bangun! Kamu siapa?" tiba-tiba seorang nenek-nenek tua membangunkan ku dengan tongkat besarnya.
"Aahhh jangan ganggu saya, jangan bangunkan saya, saya butuh istirahat!" kata ku seraya membalikan badan posisi tidur.
"Bangun, kamu harus bangun!"
Karena tidak kuat dengan hentakan terus menerus dari nenek tua itu, aku pun terbangun..
"Iya saya bangun, kenapa kau membangunkan aku  nek? Aku sedang menikmati tempat indah ini."
"Kamu tidak tau bagaimana sesungguhnya tempat ini anak muda."
"Memang ini tempat apa? Dari tadi saya bertanya kepada penduduk tidak ada satu pun yang menjawab. Tapi menurutku tempat ini sangat indah, nyaman untuk meyegarkan pikiranku."
"Apakah dari tadi kamu melihat diantara kami saling berbincang? Dan apakah kamu melihat diantara kami ada yang seumuran dengan kamu?"
Aku pun terdiam mengingat pemandangan yang kulihat pertama kali disini. "Tidak. Memang kenapa?"

Lalu nenek tua itu berjalan, namun raut wajahnya seolah mengajakku untuk ikut serta dengannya. Ku ikuti kemana nenek tua itu pergi, dan dia pun membawaku kesebuah tempat yang sangat bertolak belakang dengan keindahan seperti yang kulihat sebelumnya..

to be continued ..

Wednesday, October 12, 2011

Rindu yang ditahan itu nyeseknya bukan main yah. Aku hanya bisa berobjektivasi dalam ilusi, berimajinasi dalam lamunan. Seperti udara dingin yang terkadang datang terlalu lembut, merambati kulitku perlahan, namun membuat rambut-rambut halus di sekujur lengan tegak berdiri. Kalau ada yang bilang "sebodoh - bodohnya orang adalah orang yang bahagia dengan khayalannya sendiri" mungkin aku termasuk kedalam kategori itu sekarang. Ya sekarang, untuk sekarang. Yang terjadi nanti, biarlah sesuai kehendak Tuhan.

Terkadang aku lebih baik menyimpan semuanya, tanpa melibatkan orang lain, tanpa berharap apapun dari orang lain. Biar ini kurasakan sendiri, apabila ada yang kurang berkenan, setidaknya aku tidak akan menyalahkan siapapun. Mungkin ini fase - fase sementara yang memang harus aku lalui dalam hidupku. Akan aku simpan rinduku ini bersama mimpi. Dan terbangun dengan semangat baru untuk hadapi kenyataan.

Tuhaaann, aku yakin Kau sudah menyiapkan pelangi yang indah untukku meski terkadang bukan dari mereka-mereka yang aku harapkan..

Monday, September 12, 2011

kepada langit malam yang menguntai sejuta kata untuk jiwaku yang gamang
kepadanya lah berbagai ekpresiku tertuang
tak heran jika bintang dan anggota galaksi semesta lain nya melihatku merenungi nasip ku sendiri

aku selalu berusaha untuk bahagia diatas semua kesakitan yang aku rasa
setidaknya meski aku belum bisa membuat orang lain bahagia atas kehadiranku, aku bisa bahagia untuk menikmati hidupku sendiri