"Ma, minggu depan aku ambil raport. Tapi harus lunas bayaran dulu 2 bulan." ucap aku ke mama.
"Iya mama usahain insya allah uangnya ada, kamu pasti ambil raport ko :)" bales mama sambil tersenyum seraya membungkus kue-kue untuk dijual esok hari.
"Itu kue dijual untuk biaya sekolah aku yah Ma?"
"Iya, kalo bukan dari hasil kue, dari mana lagi biaya hidup kita sayang."
"Aku bantuin ya Ma. Kan ini buat uang sekolah aku."
Percakapan ini sekitar 8 tahun yang lalu saat duduk dibangku SMP.
***
Pernah gak kalian mengalami hal itu?
Saat kalian harus berusaha sekuat tenaga dalam mencapai sesuatu untuk kehidupan kalian selanjutnya. Atau kalian tidak pernah memikirkan hal itu karena kalian hanya terima 'beres' dari orang tua??
***
Semenjak ditinggal papa untuk selamanya (tahun 2001), mama jadi tulang punggung keluarga. Berawal dari hobby yang suka masak dan membuat kue, mulai saat itu memasak/membuat kue menjadi kesibukan rutinnya. Tabungan papa yang tadinya untuk biaya sekolah ketiga anaknya, lama-lama habis untuk biaya berobat selama beliau sakit.
Papa meninggalkan kita disaat semuanya masi terlalu dini (menurutku). Aku baru bersekolah dasar kelas 5 dan adikku berumur 6 tahun. Sedangkan kakakku kelas 1 SMA. Saat dimana anak-anaknya sangat membutuhkan bimbingannya dalam beranjak besar. Aku memang tahu kalau papa punya penyakit yang sudah lama dideritanya. Tapi aku gak pernah nyangka akan secepat itu papa ninggalin kita. Saat itu serasa hidupku tumbang sebelah. Kehilangan pegangan, dan merasa amat sangat gak adil serta iri kalau aku melihat temenku yang lain keberadaan orang tuanya masih lengkap. Untungnya aku tidak diajarkan menjadi anak yang manja dan tidak pengertian. Diumur yang baru 12 tahun (1 tahun kemudian semenjak kepergian papa) aku merasa bukan hanya aku yang amat sedih ditinggal papa. Ada mama yang jauh lebih sedih dalam hal ini. Dia harus mengurus ketiga anaknya dengan tangannya sendiri. Dan betapa tidak berbaktinya aku, kalau aku hanya 'terima jadi' atas semua fasilitas yang akan aku dapat
Aku dan kakakku hampir tiap malam membantunya untuk membuat kue yang akan dijual untuk keesokan harinya. Tentunya setelah kami selesai mengerjakan tugas sekolah. Sedangkan adikku yang masih kecil, kami biarkan dia tidur tanpa harus membantu apapun dulu.
Sekitar sampai jam 10 malam, aku disuruh tidur agar besok sekolah gak kesiangan. Tapi untuk kakakku, dia membantu mama lebih lama, bisa sampai tengah malam (mungkin karena dia cowo, tenaganya lebih banyak).
Keesokan harinya, aku membawa beberapa tempat kue, untuk aku titipkan ke warung-warung agar kue dagangan mamaku terjual. Lalu aku berangkat sekolah, dan sore hari nya aku ke warung-warung tersebut untuk mengambil hasil dari jualan hari itu. Yah kadang habis, kadang masih sisa banyak. Biasanya kalau sisa begitu, mama suka ngasih ke tetangga-tetangga sebelah, katanya dari pada mubazir dan basi mending dikasih orang. Padahal dalam hatiku bilang kalo kue ini masih bisa dijual kerumah-rumah kalo kita tawarin, dan kita dapet uang, bukan dikasih gratis. Tapi mama bilang gak apa-apa sekalian promosi nyobain kue mama.
Melihat keadaan keluarga yang jauh dari berkelebihan, aku gak pernah minta yang macem-macem. Karena mau beli pakai apa? Udah bisa jajan sehari 5000 pun udah bersyukur. Meski terkadang aku tergiur sama temen-temen yang lain dalam pergaulan. Misalnya temen udah pakai handphone (kelas 2 SMP, hp saat itu yang lagi marak Nokia 3310), atau dia punya walkman.
Alhamdulillah dari sekolah dasar kelas 1 sampai kelas 6 aku selalu mendapat juara pertama. Dan di SMP kelas 1 aku pun menjadi juara kelas. Sehingga aku mendapat keringanan biaya sekolah 50% sampai lulus SMP. Ya setidaknya itu meringankan pengeluaran mama karena harus menghidupi kedua anaknya yang lain. Kakakku setelah lulus dari SMA tadinya dia ingin melanjutkan kuliah jurusan teknik. Tapi mama bilang gak ada biaya untuk kesana. Karena masih mengurus biaya sekolah aku dan adikku. Akhirnya dia mengurungkan niatnya dan memilih untuk bekerja (mau gimana lagi kan yah). Mengurus hidupnya sendiri. Yang jelas mama selalu ingetin pergaulan mana yang harus dijauhin dan tidak.
Aku masuk di SMA yang terkenal sebagai unggulan provinsi didaerah kami. Aku berusaha agar bisa sekolah dengan baik dan gak mengecewakan mama yang udah susah payah membiayai ini semua.
Untuk masalah pendidikan, setidaknya sampai SMA, mama selalu menomor-satukan itu semua. Buku pelajaran, alat tulis, kegiatan sekolah pasti mama usahakan untuk ada biayanya. Misalnya, meskipun makan seadanya, tapi untuk bayaran sekolah mama selalu tepat membayar. Mama gak mau ada kejadian anak-anaknya gak dibagikan raport karena belum bayaran. Waktu ada pendataan dari komite sekolah soal anak murid yang kurang mampu, sebenarnya aku masuk dalam list itu. Tapi mama bilang gak perlu. Bukan karena sok mampu atau apa. Tapi mama bilang karena mama masih sanggup bayar tepat waktu, dan mama gak mau dikasihanin orang. Kata mama, "Jangan pernah bergantung sama orang lain selama kamu mampu untuk itu."
Akhirnya kalo misalnya menjelang ujian atau tahun ajaran baru yang mengharuskan bayaran menjadi double untuk bulan berikutnya, pasti mama membuat kue nya lebih banyak, biar untungnya juga lebih banyak buat bayar sekolah *Ya Allah mama makasih banget :')*
Dan ketika aku lulus sekolah pun, aku menginginkan hal yang sama seperti kakakku waktu itu, melanjutkan pendidikan ke universitas.
"Maaf yah, mama gak bisa buat biayain kuliah kamu."
Jujur merasa sediiiiiiiiiiiihhhhhhh banget denger kalimat itu, merasa gak adil gak kaya temen-temen lain yang bisa kuliah (astagfirullah). Tapi mau bagaimana lagi, masa iya aku harus maksa keadaan, minta uang kesiapa coba? Mau gak mau aku juga harus bekerja untuk kehidupan aku sendiri.
Melamar kerja beberapa kali kesana kemari belum langsung diterima, mungkin karena baru lulusan SMA masih susah untuk dapetin kerjaan. Akhirnya gak lama aku diterima di Bank sebagai telemarketing, menjual kartu kredit melalui by phone. Tapi sistem gaji nya itu pakai target, sebulan kita harus berhasil berapa gitu untuk mengajak orang pakai kartu kredit kita, kalo gak sesuai target, kita cuma hanya dapat uang makan. Sebulan dua bulan aku masih belum bisa mencapai target, dan aku hanya mendapat uang makan sekitar 350ribu, bulan ketiga aku merasa gak sanggup karena mengingat jarak yang cukup jauh antara rumah dan tempat kerja, juga aku mikir kalo aku gak ada keahlian di bidang itu. Akhirnya aku mengundurkan diri. Mama gak pernah memaksaku untuk tetap kerja disitu atau engga, karena mama bilang aku sendiri yang tau enak engga nya, asal jangan pernah ada yang ditutup-tutupin dari mama, mama kasih kebebasan memilih.
Setelah itu aku kembali melamar kerjaan di beberapa tempat. Dari mulai kerjaan yang aku idam-idamkan sampai terserahlah aku mau dipekerjakan sebagai apa, yang penting aku kerja, punya uang. Gak lama, 3 bulan kemudian aku dipanggil untuk interview di salah satu perusahaan distributor makanan terbesar di indonesia. Tadinya aku melamar disitu sebagai SPG juga gak apa-apa. Tapi ketika di interview dan di tes aku bisa mengerjakan input data menggunakan excel atau gak, alhamdulillah aku bisa ngerjainnya. Empat hari kemudian aku dipanggil lagi untuk tanda tangan kontrak dan bekerja sebagai admin piutang. Jujur aku gak ngerti sama sekali tentang apa itu piutang (mungkin ini udah rejeki kali yah jadi keterima kerja hehe). Orang-orang disana baik dan sabar ngajarin aku pelan-pelan, gak langsung kerjaan yang berat, tapi perhari nya aku bantu-bantu mereka dari mulai kerjaan yang mudah, kalau udah lancar baru belajar kerjaan lainnya yang tingkat kesulitannya lebih tinggi. Dan alhamdulillaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh banget, 8 bukan aku kerja langsung diangkat menjadi karyawan tetap. Sebelumnya ada penilaian kerja dari atasan. Kalau bagus memang bisa langsung jadi karyawan tetap. Mama seneng banget denger berita ini, artinya aku udah punya penghasilan tetap selama aku mampu menjadi karyawan disana, dan tidak dipecat atau mengundurkan diri. Karena kakakku selama ini bekerja pindah-pindah perusahaaan terus. Entah itu kerjanya yang kontrak, atau karena dia gak nyaman kerja disana. Karena keasikan kerja itu pula yang membuat kakakku melupakan niatnya untuk kuliah.
Semenjak diangkat sebagai karyawan tetap, aku punya keberanian untuk melanjutkan sekolah dengan uangku sendiri.
"Kamu siap cape emang nanti? Senin-jumat kerja, sabtu-minggu kuliah. Mama gak mau memaksakan kamu. Kamu harus belajar terima keadaan." kata mama
"Iya Ma aku siap! Aku mau kuliah." balasku tegas.
Dan sekarang udah sejauh ini, aku kuliah semester 4 dengan uangku sendiri, aku masih kuat menjalaninya. Aku emang belum bisa memberikan banyak uang ke mama, selama ada sisa uang gaji yang sudah terpotong uang kuliah dan pegangan selama sebulan, aku pasti kasih ke mama. Tapi kalo semuanya pas-pasan, aku minta maaf dan bilang gak bisa kasih ke mama.
"Ma, maaf ya bulan ini aku gak bisa kasih uang ke mama :( "
"Iya gak apa-apa, yang penting buat kamu sendiri dulu udah cukup keperluannya."
Kadang suka miris sama keadaan dirumah yang serba pas-pasan. Sampai saat ini mama masih usaha membuat kue (belum usaha kue yang besar-besaran sih) buat biaya hidup kita. Buat biaya sekolah adikku, bayar listrik, bayar air, makan, dan keperluan lainnya.
Kata mama kalau kita mau usaha, Allah pasti kasih jalan. Buktinya meski kita hidup pas-pasan, tapi hidup kita masih bisa berjalan dengan hasil kita sendiri kan??
Mama ngasih aku banyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkk banget pelajaran hidup. Tentang usaha, tentang kerja keras, tentang kemandirian dan gak bergantung sama orang lain.
Aku gak tau kalau misalnya aku ini terlahir dari keluarga serba ada, apa aku masih bisa belajar tentang ini semua? Ya emang sih semua balik lagi ke pribadi masing-masing, mau belajar tentang hidup itu dengan cara gimana dan kapan waktunya.
"Kalau kamu mau bisa berlari, kamu harus bisa berjalan dulu. Mama cuma bisa mengarahkan, selebihnya kamu yang bertindak. Kalau kamu jatuh, mama pasti menopang."
Aku gak tau kalau misalnya aku ini terlahir dari keluarga serba ada, apa aku masih bisa belajar tentang ini semua? Ya emang sih semua balik lagi ke pribadi masing-masing, mau belajar tentang hidup itu dengan cara gimana dan kapan waktunya.
Mama orang yang aku lihat jarang banget mengeluh dalam hidupnya secapek apapun dia. Malah aku yang sedih kalo liat mama kecapean, terus gak bisa ngapa-ngapain kalo udah sakit.
Sabar ya Ma, aku janji akan cepet lulus kuliah terus kerja ditempat yang lebih baik dan gantian aku yang akan memfasilitasi apapun yang mama butuhin. Aku akan bayar semua cape mama buat hidupin aku selama ini. Nanti mama gak perlu lagi kerja cape-cape, biar aku aja terus yang kerja, mama istirahat aja dirumah, dengan kondisi rumah yang nyaman.
Sekarang aku emang belum bisa kasih apa-apa ke mama. Tapi setidaknya aku berusaha buat udah gak nyusahin mama lagi dalam masalah keuangan. Mama sabar yah, waktu berjalan makin dekat. Aku gak akan ngebiarin usaha kita selama ini buat hidup kita yang lebih baik tuh sia-sia.
No comments:
Post a Comment