“Mau berobat ARV mba” jawabnya sambil senyum kecut
“Sudah lama periksa kesini?” Tanya ku lagi
“Lumayan.”
“Terus mba udah merasakan khasiatnya seperti apa selama berobat kesini?”
Lama – lama si mba ini mulai terbuka dan saya pun mulai menanyakan lebih lanjut.
“Ya saya bisa hidup normal seperti orang lain dan saya hanya engga mau anak saya punya umur pendek karena tertular penyakit saya.”
“Memang anak nya umur berapa?”
“Anak saya ada 2 orang. Yang satu berumur 2 ½ tahun, dia sudah dinyatakan HIV+ dan yang satu lagi berumur 1 tahunan, tapi belum saya periksa VCT karena umurnya belum cukup.”
“Ooohh gitu..”
Namun saya tidak melanjutkan pertanyaan ke yang lebih privacy, karena sepengetahuan saya bahwa orang-orang yang mengidap HIV/AIDS ataupun orang-orang yang berada di populasi kunci tingkat ke sensitifannya cukup tinggi mereka apabila ditanya yang berhubungan tentang HIV/AIDS.
Tahu kah kalian dengan lagu ini?
(Kasih Putih - Snada)
Dalam hidup ini, banyak yang tiada mengerti
Hidup yang dijalani mesti berbagi
Dalam cinta kasih kita bersama berdiri
Bergenggaman jemari menyatukan hati
DIA berikan kepada seluruh manusia
Kasih sayang karena kita semua tiada berbeda
Bila kau mau sadari, cinta kasih tak memilih
Kau dan aku kita semua sama
Bila kau mau berbagi apalagi yang dinanti
Kasih putih karunia sejati
Dari lagu itu kita bisa melihat bahwa kita semua sama, dalam artian kita memiliki hak dan kewajiban yang semua orang juga memiliknya. Tapi dalam hal ini banyak yang memandang sebelah mata, banyak orang yang sudah membuat persepsi sendiri tanpa tahu hal atau proses yang sebenarnya.
Berdasarkan hasil tinjau yang sudah saya lakukan kepada beberapa orang tentang pertanyaan. “Menurut anda HIV/AIDS itu apa?” Kebanyakan orang menjawab “Itu penyakit yang mematikan!” , “Pasti orang itu pemakai narkoba.” , “Jangan dekat-dekat dengan orang itu nanti bisa tertular!” Dan jawaban–jawaban nyeleneh lainnya.
Padahal hal yang harus kita tahu adalah bahwa HIV/AIDS itu tidak akan tertular hanya dengan kontak seperti bersentuhan, bersenggolan, berjabat tangan, bersin/batuk, makan dengan peralatan yang sama, bahkan berenang bersama dikolam renang. Misalnya si A makan malam dengan ODHA dan setelah itu mereka berenang bersama, maka tidak langsung akan tertular. Namun jika mereka sudah melakukan hal – hal dibawah ini, si A sudah berada dijalur beresiko. Yaitu:
- Hubungan seksual dengan ODHA tersebut
- Melakukan aksi narkoba dengan menggunakan jarum suntik yang bergantian dan tidak steril
- Melakukan transfusi darah
Karena HIV/AIDS itu mudah tertular melalui cairan, yaitu darah, cairan kelamin dan air susu.
Edukasi pemahaman tentang HIV/AIDS juga perlu diterapkan sejak dini kepada para remaja. Agar mereka sudah tahu sejak awal dan bisa menyaring apa–apa saja yang baik dan buruk bagi pergaulan mereka. Karena masa remaja adalah masa “coba–coba”, masa – masa yang rentan dengan pengaruh lingkungan apabila mereka tidak diberi pemahaman terlebih dahulu.
Dari hasil kunjungan saya ke Bali kemarin bersama 10 Nominator blogger termasuk saya sendiri, 3 orang dari AustralianAID, 1 orang dari HCPI, 1 orang dari Yayasan Spiritia Paramacitta, dan 2 orang dari Vivanews dalam rangka HIV/AID Blog Competition Field Visit 2011, kami mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan masalah penanggulangan HIV/AIDS seperti berikut ini:
1. Komisi Penaggulangan AIDS (KPA)
KPA Bali |
Dimana KPA ini terbentuk untuk mewujudkan terkendalinya upaya pencegahan dan penularan HIV/AIDS atau menurunkan penurunan jumlah kasus HIV/AIDS di Bali. Mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat.
Persentasi: Jumlah Kumulatif Kasus HIV/ADIS. Oleh KPA Bali |
Disitu terlihat bahwa kasus HIV/AIDS berdasarkan jumlah kumulatifnya mulai dari tahun 1987 – 2011 mengalami peningkatan yang terus menerus, memang untuk kasus ini tidak akan mengalami penurunan, bukan berarti penanganan belum dimaksimalkan, tapi memang jumlah populasi kunci yang terus bertambah dan faktor - faktor lainnya.
Faktor hubungan seks entah itu homoseksual/biseksual/heteroseksual dan penggunaan jarum suntik yang bergantian memang yang paling mendominasi dalam penularan HIV/AIDS ini terbukti dari hasil kunjugan saya ke KPA Bali. Dapat dilihat digambar dibawah ini.
Persentasi: Kasus HIV/AIDS menurut faktor resiko. Oleh KPA Bali |
2. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Bali
Merupakan lembaga yang didirikan untuk menanggulangi pernyebaran virus HIV/AIDS yang berfokus pada kesehatan masyarakat publik dengan menciptakan sarana-sarana dan akses pelayanan AIDS dan HIV. Salah satu wujud kepedulian PKBI terhadap masalah penularan Virus HIV/AIDS adalah mendirikan klinik VCT Gumitir. "Kerahasiaan dan keterbukaan merupakan moto yang digunakan dalam klinik" ungkap dr. Eka Rahayu Dewi salah satu dokter yang menangani pasien yang datang ke Klinik VCT Gumitir ini. Pasien tidak perlu merasa takut dan malu untuk bercerita tentang penyakit dan prilaku seksualnya. Semua privasi dan kerahasiaan terjaga disini. Tetapi diharapkan agar pasien tetap terbuka kepada paramedis agar dapat diberikan pengobatan dan juga informasi tentang apa itu penyakit menular seksual maupun cara mencegahnya. Terkadang ada beberapa pasien yang langsung memulai cerita apa yang mereka alami, sehingga paramedis lebih mudah dalam menanganinya, ada juga yang harus dilakukan pendekatan terlebih dahulu oleh dokter. Karena mungkin pasien juga malu mengungkapkannya.
Di Klinik VCT Gumitir PKBI Bali |
3. Kita Sayang Remaja (KISARA)
Lembaga yang berada dibawah naungan langsung PKBI Bali ini merupakan lembaga yang berupaya mencegah penularan HIV/AIDS dikalangan para remaja, karena remaja merupakan usia produktif bagi perkembangan dan penularan virus HIV/AIDS.
Pada rentang usia 15-19 tahun merupakan masa yang penetapan jati diri bagi seseorang dan juga pada masa ini, remaja selalu memiliki tingkat keingintahuan yang besar, sehingga apabila dibimbing dan dibina secara benar mengenai keingintahuan mereka terhadap seks pada usia dini, dampak dan akibatnya, serta masalah-masalah yang bisa timbul agaknya harus mendapat perhatian khusus, karenanya KISARA muncul sebagai pembimbing kalangan remaja yang kurang mendapat pendidikan dan arahan yang tepat dalam masalah seks usia dini, drugs, dan pengenalan awal terhadap HIV/AIDS.
Bersama Relawan KISARA dan Nominator lainnya |
Adakah obatnya?
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS secara total dari dalam tubuh pengidapnya. Namun, ada beberapa obat yang bisa menahan laju perkembangan virus tersebut dalam tubuh manusia. Obat yang dapat dikonsumsi adalah Anti Retroviral (ARV). Obat ini hanya bisa menangani infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi yang terjadi karena kelemahan system pertahanan tubuh. Infeksi ini memanfaatkan lemahnya system pertahanan tubuh yang diakibatkan serangan virus HIV, sehingga banyak penyakit yang dapat timbul akibat pertahanan tubuh yang lemah. Angka IO sudah menurun secara dramatis sejak tersedia terapi antiretroviral (ART). Namun IO masih menimbulkan masalah, terutama untuk orang diketahui terinfeksi HIV setelah infeksinya lebih lanjut. Banyak orang masih dirawat inap di rumah sakit dengan IO yang berat, sering TB. Akibat ini, mereka dites HIV, dan baru diketahui terinfeksinya.
ARV |
ARV |
Jadi mulai sekarang stigma negatif tentang itu semua harus bisa dihilangkan, karena terbukti banyak para ODHA yang bisa hidup lama (bertahun-tahun) setelah mereka dinyatakan positif. Mereka masih bisa bekerja dan hidup selayaknya ditengah – tengah masyakarat umum. Justu jika semakin banyak stigma –stigma tersebut akan membuat mereka semakin merasa dikucilkan, merasa keberadaan dirinya sebagai sebuah kutukan Tuhan yang akan membuat malapekata seumur hidupnya. Ketidakpercayaan diri mereka yang rendah jika mereka tahu bahwa mereka adalah ODHA akan membuat semangatnya turun, jika semangatnya turun maka keinginan untuk mengobati penyakitnya tersebut akan minim dan membuat system kekebalan tubuhnya makin menurun (CD-4), pasti mereka akan malas makan, malas berolah raga, malas memeriksakan dirinya ke dokter, lebih memilih menyendiri dan membiarkan penyakit tersebut menggerogotinya perlahan dengan sangat mudah.
Untuk itu yang harus kita lakukan adalah memberikannya semangat, menyadarkan mereka bahwa mereka tidak sendiri menjalani semua ini, kita harus membantunya “survive” untuk bangkit dan memperjuangkan hidupnya agar lebih bermakna. Siapa yang mau sakit? Gak ada kan? Kalaupun mereka para penderita HIV/AIDS menderita penyakit tersebut karena kesalahan mereka sendiri. Itu urusan mereka dengan Tuhan. Kita jangan semakin menjatuhkan. Setidaknya kita sebagai masyarakat yang “bersih” dari penyakit itu berusaha untuk membantu mereka agar mereka tidak merasa semakin terpuruk. Toh kita tidak akan tertular jika kita tidak berada dijalur beresiko itu bukan? Jadi buat apa kita menghindari diri atau menutup mata dari kenyataan ini. Lebih baik kita mencoba berguna untuk kepentingan hidup orang lain agar terciptanya kesinambungan hidup yang membawa manfaat.
wah gak nyangka ni postingan masuk 10 besar nominasi vivanews..
ReplyDeleteselamat ya
iya terima kasih yah, saya juga gak nyangka. Tapi bukan postingan ini yang diikut lombakan, tapi postingan tentang HIV/AIDS yang sebelumnya :)
ReplyDelete